Pertumbuhan jumlah data terus bertambah seiring dengan laju pertumbuhan pengguna perangkat digital. Salah satu pemicu pertambahan jumlah data tersebut antara lain bertumbuhnya perangkat mobile serta meningkatnya jumlah pengguna sosial media. Sejatinya, Big Data didefinisikan sebagai kumpulan data yang memiliki karakteristik jumlah yang sangat besar (volume), kecepatan (velocity), dan keragaman (variety), sehingga membutuhkan kemampuan untuk menangkap, memproses, menyimpan, mengelola, serta menganalisis data tersebut.
Pada era disrupsi seperti sekarang, pemanfaatan big data menjadi sebuah keharusan bagi perusahaan. Mengapa? Ada banyak benefit yang dipetik perusahaan jika memanfaatkan big data (merujuk data Bain and Company). Pertama, perusahaan yang menggunakan big data akan dua kali lebih baik dalam kinerja finansial. Kedua, perusahaan pun akan lima kali lebih cepat dalam mengambil keputusan bisnis. Ketiga, perusahaan yang menggunakan big data akan tiga kali lebih berhasil dalam eksekusi keputusan sesuai keinginan.
Lantas, apa kata para eksekutif terkait big data? 45% eksekutif mengatakan bahwa analisis dan pengaplikasian data menjadi tantangan terbesar. Adapun 83% eksekutif mempertimbangkan penggunaan data real time. Menariknya, 68% ekesekutif pemasaran berencana meningkatkan belanja untuk data. Selanjutnya, 56% eksekutif akan merekrut tenaga kerja baru untuk posisi-posisi terkait data.
Saat ini, perusahaan-perusahaan yang masuk kategori data driven company tercatat sebagai perusahaan yang most valuable sekaligus yang memiliki kapitalisasi pasar. Sebut saja, Apple, Microsoft, Amazon, Facebook, dan sebagainya. Lalu bagaimana dengan perusahaan anda? Akankah anda menjawab tantangan era disrupsi dan merengkuh kecepatan perubahan? Atau justru anda luruh dalam persaingan.
Ledakan data ini, sesuai laporan yang diterbitkan oleh the European Institutes of Auditor Internals, Risk in Focus: Hot Topics for Internal Audit 2018, merupakan dua tantangan kunci untuk Satuan Audit Internal, yaitu :
Pertama adalah, membantu dewan komisaris dan manajemen memahami bahwa data yang banyak itu dapat dikumpulkan, dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan untuk keuntungan komersial organisasi.
Kedua adalah bagaimana memanfaatkan data yang melimpah itu dari perspektif Satuan Audit Internal, yaitu dengan menerapkan perangkat analitik untuk proses audit, atau mengotomatisasi hal-hal yang rutin dalam audit dan Satuan Audit Internal dapat mengalokasikan kelebihan waktunya untuk memfokuskan upaya pada bidang risiko yang emerging ataupun melaksanakan proyek/penugasan yang bersifat ad hoc.
Penggunaan data untuk Satuan Audit Internal diperlukan, karena cara lama tidak begitu efektif lagi dalam lanskap bisnis yang berubah. Menurut Richard F Chambers, President dan CEO dari the Institute of Internal Auditors (IIA) Global, dengan adanya disrupsi yang dihadapi oleh organisasi, Satuan Audit Internal dituntut bekerja lebih dan Satuan Audit Internal tidak dapat lagi mengandalkan cara yang dilakukan di masa lalu. Profesi Audit Internal harus melakukan transformasi dan transformasi berarti melakukan hal yang berbeda. Ada 4 (empat) hal kunci yang diidentifikasi untuk mulai mentransformasi profesi audit internal, yaitu :
- Audit Internal harus lincah (agile). Kita tidak bias lagi bersifat reaktif untuk merubah fokus atau arah setelah adanya permintaan dari pemangku kepentingan. Kita harus proactive dan agile, mengantisipasi setiap perubahan dan disrupsi yang memiliki dampak pada organisasi kita.
- Audit Internal harus terus melakukan inovasi. Untuk sukses menghadapi disrupsi, kita harus terus melakukan inovasi yang berarti siap untuk meninggalkan status quo. Memanfaatkan teknologi, seperti data analytics, dengan lebih optimal juga memberi dukungan kepada Inovasi. Seperti pada agility (kelincahan), inovasi juga memerlukan perubahan kerangka berfikir (mindset).
- Audit Internal harus mendefinisikan ulang SDM (talent) yang dibutuhkan. Membangun tim dengan perpaduan keterampilan/skill yang tepat, adalah kunci untuk dapat menjadi lincah (agile) dan inovatif.