Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) menggelar event tahunan Konferensi Auditor Internal (KAI) 2024.

 

YPIA-Yogyakarta, Perhelatan acara ini dilaksanakan selama dua hari yang dimulai tanggal 10-11 Juli 2024 di Hotel Tentrem Yogyakarta yang diikuti lebih dari 700 orang, mengangkat tema Elevating Internal Audit As A Value Driver: Achieving Business Resilience in the Era of Digitalization.

Acara dibuka sejak pukul 08.00 WIB oleh Ketua Pembina YPIA Dr. Ardan Adiperdana, Ak., MBA., CA., CFrA., FCMA., QIA., QGIA., dilanjutkan oleh Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti Menteri Koordinator Perekonomian Kabinet Gotong Royong Periode 2001-2004. Dirinya menyampaikan paparan mengenai fundamental ekonomi Indonesia saat ini menunjukkan outlook yang sangat baik (positive & stable), sebagaimana diindikasikan oleh berbagai lembaga pemeringkat terpercaya seperti Moody’s, S&P Global, dan Fitch Ratings.

Tantangan ekonomi yang dihadapi oleh organisasi pada era ini perlu disikapi dengan tepat, terlebih saat ini terdapat kebutuhan pergeseran (shifting) business model yang menuntut organisasi yang tidak hanya berfokus kepada shareholders tetapi lebih meluas menjadi multi stakeholders. Organisasi dan manajemen harus memperluas fokus mereka untuk melibatkan kepentingan multi stakeholders dengan memanfaatkan berbagai skema pasar (skim market) dan non-pasar (skim non market) secara terintegrasi. Selain itu, perkembangan teknologi juga menuntut organisasi untuk mampu memadukan pemanfaatan tidak hanya cloud, artificial intelligence (AI) dan quantum computing. Hal-hal tersebut perlu diadopsi penerapannya untuk dapat semakin mendorong kinerja organisasi yang diharapkan tercermin melalui berbagai rasio keuangan seperti current ratio, equity, debt service coverage ratio, dan net worth term debt to working capital asset.

“Auditor internal perlu terus meningkatkan kompetensinya agar dapat memberikan saran yang lebih akurat kepada pimpinan, mengingat adanya pergeseran model bisnis dimana organisasi diharapkan menjadi perusahaan paling berharga (most valuable company) yang sustain, memiliki kesadaran terhadap aspek ESG, mampu mengoptimalkan value chain, dan memiliki agilitas dalam penerapan teknologi informasi untuk memenangkan persaingan pasar, kata Dorodjatun.” Dengan demikian, auditor internal sebagai penggerak nilai (value driver) menjadi semakin nyata peranannya untuk membantu organisasi mencapai ketahanan bisnis (business resilience).

Hari kedua pelaksanaan Konferensi Auditor Internal dibuka dengan penyampaian materi oleh Dr. Isma Yatun, CSFA., CFrA., Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPKRI) yang mengangkat tema Elevating Audit Through Digital Transformation to Enhance Trushworthiness.

Dirinya menilai masa depan audit terletak pada pendekatan human technology collaboration. Pengertiannya adalah pendekatan kolaboratif, dimana teknologi menangani pekerjaan rutin auditor dan di saat yang bersamaan the human auditor memanfaatkan penilaian, pengalaman dan soft skill mereka untuk memberikan valuable insights dan memastikan integritas laporan keuangan.

Kolaborasi teknologi dan sumber daya manusia akan menghasilkan audit yang lebih efisien, efektif dan perceptive yang pada akhirnya berkontribusi terhadap greater trust and transparency, kata Isma Yatun.

Seluruh rangkaian acara KAI selama dua hari ditutup dengan pemaparan materi oleh Dr. (HC) Setyono Djuandi Darmono selaku Direktur Utama PT. Jababeka Tbk. Dalam acara One on One Discussion bertajuk Managing National Dynamic to Build Trust, dirinya membagikan pengalamannya yang panjang di dunia usaha kepada seluruh peserta yang hadir. Dalam menjalankan roda bisnis perusahaannya, ia memiliki 11 wisdom yang selama ini di terapkan dan 11 wisdom tersebut meliputi:

1. Kepercayaan sebagai fondasi utama.
2. Visi besar untuk Indonesia Emas 2024.
3. Kolaborasi yang sinergis.
4. Adaptasi terhadap perubahan teknologi.
5. Menjaga loyalitas dan kesetiaan.
6. Pendekatan kolaboratif.
7. Ketahanan bisnis melalui kepercayaan.
8. Kesabaran dan niat baik dalam bisnis.
9. Integritas dalam setiap tindakan.
10. Inovasi dan adaptasi terhadap perubahan pasar.
11. Memahami kebijakan politik dan menjaga hubungan.
Ketua Umum Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) Dr. Setyanto P. Santosa, SE., MA., QIA. dalam keterangan persnya yang didampingi oleh segenap jajaran YPIA, menyampaikan beberapa cacatan penting. Melihat kondisi saat ini dan perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini pentingnya pengamanan siber dalam internal audit. ”Berdasarkan Global Risk Report 2024 yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF), risiko keamanan siber masuk dalam 10 besar risiko global yang paling diwaspadai,” kata Setyanto. Dari berbagai materi yang diulas serta diskusi yang berkembang pada KAI 2024, para praktisi bidang internal audit yang hadir mencermati bahwa berbagai risiko cybercrime makin perlu untuk diminimalisir risikonya atau mitigasi.

Menurutnya, insiden seperti serangan ransomware di Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) menunjukkan lemahnya perlindungan data, menekankan urgensi untuk meningkatkan kesadaran (awareness) dan tata kelola keamanan siber. Perusahaan juga harus mengalokasikan dana untuk membangun keamanan data yang dimiliki. Oleh karena itu KAI 2024 merekomendasikan beberapa langkah strategis dalam mengelola risiko cybercrime dan memperkuat keamanan data, antara lain:

1. Protokol Tanggap Insiden: Menyarankan pimpinan organisasi atau korporasi untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan rencana tanggap insiden yang efektif dapat
menangani serangan siber dengan cepat dan meminimalisir dampaknya.

2. Audit Berbasis Risiko Terintegrasi: Auditor internal diharapkan melakukan audit berbasis risiko
Yang fokus pada area dengan risiko termasuk evaluasi sistem keamanan siber, kebijakan akses data,
dan prosedur pemulihan bencana.

3. Optimalisasi Kesadaran: Auditor internal harus berupaya agar memperbarui kewaspadaan dengan
pelatihan reguler tentang tren dan ancaman сybercrime terkini. Kesadaran mengenai pentingnya
keamanan data harus ditanamkan pada seluruh lapisan organisasi.

4. Penerapan Teknologi Maju: Pimpinan organisasi agar memberikan prioritas yang tinggi dengan
mengadopsi teknologi keamanan siber seperti enkripsi data, firewall canggih, dan sistem deteksi
intrusive untuk melindungi data audit dan informasi sensitif.

5. Kolaborasi dan Komunikasi: Pimpinan organisasi atau korporasi agar menekankan para staf
membangun kerjasama yang kuat dengan divisi atau departemen teknologi informasi dan ahli
keamanan siber untuk memastikan pendekatan yang holistik dan integral dalam melindungi data
organisasi. (Jumatno)

 

Translate »